Kehadiran buah hati atau anak merupakan hal yang selalu diharapkan oleh setiap pasangan di dalam kehidupan pernikahan, terutama pasangan-pasangan yang baru saja menikah. Dengan hadirnya anak di tengah-tengah kehidupan pernikahan dipercaya akan meningkatkan keharmonisan hubungan di antara pasangan dan keluarga besar. Tentu saja, hadirnya anak yang sehat, tidak memiliki keterbatasan fisik maupun mental, menjadi dambaan setiap keluarga. Akan tetapi, tidak semua anak yang dilahirkan memiliki kondisi fisik dan mental yang sempurna sesuai dambaan tersebut. Beberapa dari mereka dilahirkan dengan kondisi khusus atau juga mengalami suatu peristiwa tertentu pada masa awal kelahirannya yang berpengaruh pada proses tumbuh kembang selanjutnya. Dengan keterbatasan yang dimiliki, anak-anak istimewa ini membutuhkan serangkaian penanganan dan model pengasuhan khusus dari keluarga serta lingkungan.
Secara umum, anak-anak istimewa yang terlahir dalam ketidaksempurnaan dikenal sebagai anak-anak berkebutuhan khusus. Hal ini mengacu pada panduan yang disusun oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (2013), yang menyebutkan bahwa “Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya”.
Selain itu, Frieda Mangunsong dalam buku “Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”, (2009:4) juga memberikan penjelasan mengenai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa, yaitu “Anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksimal”.
Kedua pengertian tersebut cukup dapat mewakili kekhasan dan karakteristik anak-anak berkebutuhan dalam proses tumbuh kembangnya. Kekhasan dan karakteristik yang demikian tentunya bukan hal yang mudah diterima oleh orang tua. Akan muncul berbagai perasaan dalam diri orang tua, seperti kaget, menyangkal, marah, sedih, kecewa, atau bahkan menyalahkan orang lain. Agar orang tua dapat menerima kondisi anak, dibutuhkan banyak dukungan dari lingkungan yang dapat menguatkan hati dan mental orang tua. Penerimaan dari orang tua terkait kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh anak mereka yang berkebutuhan khusus menjadi bekal yang positif dalam upaya mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus.
Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran bagi orang tua agar dapat menerima dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus dengan bahagia: