ARTIKEL

EATING VS FEEDING

Publish By Fajar Suryani, STr.Kes
Posted On 03 MAY 2021

                                         



            Sekarang ini banyak keluhan orangtua, anak yang sulit makan. Kesulitan makan pun dengan beragam jenisnya sehingga dalam beberapa bulan berat badan stagnan atau malah ada yang turun. Orangtua sekarang lebih konsen dan kritis  terhadap perkembangan buah hatinya karena masa pertumbuhan otak mulai pesat. Ada juga yang mengungkapkan sehat anak investasi masa depan.  Semua itu harus diimbangi juga dengan perkembangan motorik sehingga tercapai perkembangan sesuai dengan usia. Harus pas tidak berlebihan bisa menjadi obesitas dan tidak kurang menjadi maltutrisi.



Mari kita cermati apa makna dari eating vs feeding. Istilah Indonesia kata tersebut sama makan namun ada perbedaan yang mencolok. Eating adalah kemampuan untuk memasukan dan memproses makanan / cairan di mulut dan menelannya (O'Sullivan, 1995), sedangkan feeding adalah proses membawa makanan dari piring atau cangkir ke mulut (O'Sullivan, 1995).



            Eating dan feeding secara anatomi dan fisiologis merupakan kegiatan yang kompleks dan harus terkoordinasi secara motorik, sensorik, dan sistem kognitif. Eating dan feeding merupakan aktivitas yang sangat penting untuk memenuhi nutrisi tubuh yang berguna untuk bahan dasar dalam melakukan aktivitas lainnya seperti interaksi sosial. Eating dan feeding juga sangat dipengaruhi oleh psikososial, budaya, dan faktor lingkungan. Masalah-masalah dalam eating dan feeding bersifat luas yang dapat  mencakup kesulitan fisik saat membawa makanan ke mulut, memproses makanan di mulut, disfagia, gangguan psikososial, dan disfungsi terkait dengan gangguan kognitif.



            Intervensi Okupasi Terapis berfokus pada komponen yang meningkatkan kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang sangat memiliki pengaruh terhadap kehidupan seseorang, seperti belajar untuk makan secara mandiri, bergabung dengan teman-teman untuk makan siang, dan menyiapkan makan untuk anak. ( AOTA, 1999). Anak dengan permasalahan makan, selain ada pengaruh motorik dan juga perilaku.



            Ada sejumlah keterampilan motorik umum dan perubahan perilaku yang sepertinya tidak spesifik untuk makan, namun memainkan bagian penting dalam pengembangan kebiasaan makan bayi dan kemampuan untuk makan makanan dan minuman. Memaknai bahasa tubuh, ekspresi wajah dan perilaku fisik bayi dan balita dapat sangat membantu orang tua dan pengasuh dalam kemampuan makan mereka.



            Perilaku makan dimulai saat keterampilan makan terpenuhi dan nafsu makan kuat dan munculnya waktu untuk makan, kemudian waktu makan adalah salah satu sumber sosialisasi yang menyenangkan sehingga menjadikan asupan gizi yang cukup bagi pertumbuhan. Makanan secara berkala, menghisap, makan dan minum dengan ritme yang baik mencoba tekture dan menu makanan yang baru dan mengungkapkan kepuasan pada saat akhir makan semua itu dianggap merupakan perilaku yang dianggap baik  oleh keluarga dan masyarakat. Perilaku setelah makan ini mengundang pujian dan interaksi yang positif dan akan memperkuat penguasaan diri pada anak – anak dan meningkatkan kemampuan terhadap penerimaan akan makanan serta kemandirian dalam keterampilan makan. ( Maria Ramsay, 2004).



            Memahami perilaku makan membutuhkan pengetahuan tentang perkembangan keterampilan makan yang tepat pada waktunya, berawal dari bergantungnya pada isyarat lapar / kenyang serta pengalaman belajar. Sedangkan keterampilan makan matang pada usia dua tahun. Isyarat lapar / kenyang bergeser dari faktor internal ke kontrol eksternal( keluarga, sekolah, masyarakat) sekitar empat sampai lima tahun. Dengan demikian, meskipun perilaku makan awalnya bermasalah (misalnya memutar kepala, melengkungkan tubuh atau menangis) cenderung berreaksi terhadap isyarat internal yang (tidak adanya rasa lapar, kemampuan mengisap yang buruk), perilaku makan ini mungkin juga menjadi sama dengan dikondisikan oleh pengabungan isyarat eksternal dan sosial (membujuk orang tua, iklan televisi).



             Intervensi perilaku awal dapat memainkan peran penting dalam menormalkan perilaku makan dan interaksi waktu makan, yang pada gilirannya membantu meningkatkan  kemandirian dan keterampilan bantu diri lainnya pada anak.  Namun, praktik budaya makan dan keterampilan bantu diri lainnya dari anak-anak sangat berbeda. Selama intervensi terapi, masalah budaya makan  perlu ditangani dengan benar dan tepat.



            Ingat anak dengan permasalahan makan, kita harus mencari faktor pencetusnya dulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Perlu ketajaman analisa dan setting lingkungan. Kerjasama antara medis, terapis dan orangtua sangat penting demi tercapai tujuan mengatasi permasalahan makan anak


  ARTIKEL TERBARU

Junk food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang sering kita jumpai. Mengonsumsi junk foo ... Selengkapnya
“Aku diliputi perasaan takut dan cemas ketika harus kembali ke ruang isolasi. Aku tidak mer ... Selengkapnya
           Peningkatan angka kejadian obesitas juga diikuti dengan ... Selengkapnya
“Terkadang aku merasa kosong dan sepi, padahal aku tinggal dan berkumpul bersama dengan kel ... Selengkapnya