Keterlambatan dikatakan berat, bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.
Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Orang tua perlu khawatir ketika anaknya mengalami keterlambatan bicara, bila mengalami gangguan keterlambatan bicara non fungsional. Tetapi bila gangguan bicara ini termasuk golongan gangguan fungsional biasanya tidak berbahaya. Dengan pertambahan usia setelah 2 tahun akan membaik sendiri. Persoalannya, bagaimanakah cara membedakannya? Kasus seperti itu sering dialami beberapa orang tua yang mempunya anak dengan keterlambatan bicara. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara, adalah keluhan utama yang sering dicemaskandan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak. Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik pada usia tertentu hingga yang sulit membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan salah satu penyebab yang sering dialami sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu, terutama setelah usia 2 tahun biasanya akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional, maka gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan. Inilah yang disebut gangguan bicara nonfungsional.
Keterlambatan bicara nonfungsional harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dilakukan sejak dini. Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan semua individu yang terlibat dalam penanganan anak. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut.Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional. Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan tidak berbahaya (fungsional) dan berbahaya (nonfungsional) harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab keterlambatan bicara. Ciri keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat, bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan. Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan.
Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan bahasa juga perlu dilakukan stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir. Bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan stimulasi lebih dini diharapkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas komunikasinya. Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu.
Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter ahli anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog atau psikiater anak, ahli THT, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan. Kalau anak mengalami keterlambatan bicara, sebaiknya segera lakukan terapi. Karena jika tidak, salah satu masalah yang ditimbulkannya anak mulai memukul kepalanya sendiri lantaran tak bisa mengutarakan keinginan. Selain itu, jika tak segera mendapatkan terapi, pada usia empat jelang masuk TK, anak juga bisa mengalami stres dan tantrum. Sebenarnya, terapi bisa dihindari jika saja anak cukup mendapatkan stimulasi sehingga mencegah keterlambatan bicara. Rata-rata gangguan bicara terjadi karena kurang stimulasi. Karenanya penting bagi orangtua untuk memberikan stimulasi lebih sering di rumah.
Selain kurang stimulasi, keterlambatan bicara pada anak juga terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya, orangtua menerapkan bilingual di rumah, adanya keterlambatan di aspek lain, gangguan sensori, dan gangguan pendengaran. Stimulasi tepat pada otot lidah dan mulut juga turut mendukung kemampuan bicara. Di Indonesia, membawa anak terapi masih dipandang sebagai sesuatu yang aneh, anak dianggap penyakitan, bahkan dianggap sakit mental. Padahal tidaklah demikian mengingat terapi ada banyak, ada terapi sensori integrasi (untuk membenarkan fungsi-fungsi dasar anak), ada terapi bicara, terapi perilaku, dan lain-lain. Apalagi di era gadget seperti sekarang ini dimana anak kecil selalu sibuk dengan gadget atau TV yang memancarkan gelombang radiasi elektromagnetik yang tinggi. Anak jadi sibuk sendiri, sibuk berkomunikasi (satu arah) dengan teman virtualnya, yang tentunya akan membuat si anak kehilangan kemampuan berkomunikasi.