ARTIKEL

MENGASAH KETRAMPILAN BERMAIN ANAK PENYANDANG CEREBRAL PALSY

Publish By Fajar Suryani, STr.Kes
Posted On 05 MAY 2021

            Masa anak-anak diisi dengan bermain dan bermain tapi bagaimana jika anak tersebut kesulitan bergerak, menungkapkan keingian karena keterbatasan fisik akibat cidera otak. Bagaimana cara agar anak juga bisa bermain dengan kondisi yang mereka alami.



             Bermain sebagai pekerjaan yang berorientasi pada proses. Bermain itu spontan, mengasyikkan, menghasilkan / mengeluarkan energi, aktif secara fisik dan mental, santai atau agak membuat stress, menyenangkan dan dianggap tidak penting ( Blanche, 2002). Balita bermain dan belajar untuk meningkatkan perkembangan fisik dan kognitif anak. Anak kecil bermain untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan fisik serta kemampuan anak melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, meningkatan kinerja anak di sekolah dan ketrampilan sosialisasi.



            Bermain tidak harus dengan peralatan main yang mahal, apa pun bisa dijadikan media bermain bagi anak. Orangtua dan pengasuh ataupun lingkungan sekitar berperan aktif agar tujuan dari bermain tercapai. Semua anak sangat suka bermain demikian juga dengan anak menyandang Cerebral Palsy.



            Cerebral palsy adalah akibat dari lesi atau maldevelopment yang terjadi pada periode prenatal, perinatal atau pertama kehidupan, bersifat non progresif ditandai dengan pola postur tubuh yang abnormal dan gerakan asosiasi dengan tonus postural yang abnormal (Rosenbaum, 2007). Akibat dari lesi atau gangguan perkembangan otak bersifat non progresif dan terjadi akibat bayi lahir terlalu dini (prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada pola abnormal dari postur dan Lesi  yang  terjadi  sifatnya  menetap  selama  hidup,  tetapi  perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat proses pertumbuhan dan maturasi otak. Kerusakan jaringan saraf  yang  tidak  progresif  pada  saat  prenatal  dan  sampai  2  tahun  post  natal  termasuk  dalam kelompok Cerebral Palsy (Bobath, 1975).



            Data Duke University Medical Center tahun 2010, 2-3 dari 1.000 bayi yang lahir mengalami cerebral palsy atau lumpuh otak dan sering di temukan pada bayi yang lahir premature,  10-15 % kasus yang terjadi akibat cedera lahir karena aliran darah ke otak sebelum atau selama atau segera setelah bayi lahir.



            Bermain bagi penyandang Cerebral Palsy bertujuan mengelola stres, meningkatkan konsep diri & harga diri, hubungan sosial dan perubahan (Iwasaki ,2003). Anak Cerebral Palsy terjadi penurunan harga diri dan isolasi sosial ( Manuel, Balkrishman,Cumacho,Smith & Koman, 2003). Beberapa faktor yang harus kita perhatikan selaku orangtua, pengasuh maupun terapis saat bermain dengan penyandang Cerebral Palsy, antara lain




  1. Pemahaman limitasi anak (gerak, persepsi-sensasi dan kognisi).

  2. Kesadaran batasan yang diberlakukan pada anak terhadap lingkungan fisik dan orang dewasa kecenderungan untuk bermain.

  3. Karakteristik dasar dari pengalaman bermain dan penggunaan aktivitas.



Selain kita harus memperhatikan kondisi anak Cerebral Palsy, ada strategi bermain antara lain :




  1. Berikan berbagai variasi rangsangan/ stimulasi

  2. Berikan anak anda kesempatan untuk menggunakan panca indra mengeksplorasi lingkungan (penciuman, penglhatan, pendengaran dengan bergerak.

  3. Ikuti arahan anak dalam bermain. Minat anak pada mainan, penggunaan mainan, mengomentari aktivitas anak, hindari menyusun mainan secara total atau beri tau anak cara bermain.

  4. Tunjukan anak apa yang anda lakukan. Posisikan anak supaya bisa melihat anda, arahkan maianan selevel mata anak, berikan komentar anda saat mengerjakan

  5. Beri penghargaan dan dorong eksplorasi dan berikan mainan yang sesuai.

  6. Strategi gerakan meliputi penempatan maian di depan anak, jenis mainan dan setting mainan

  7. Teknik verbal

  8. Hindari mainan yang terlalu banyak atau tidak sesuai

  9. Berikan pujian/hadiah saat bermain yang sesuai dan upayakan berkomunikasi



             Bermain digunakan untuk motivasi anak bergerak menuju tujuan terapeutik (Rast, 1986). Hal ini yang kadang dilupakan orangtua ataupun mengasuh. Selama bermain anak belajar manfaat bermain, bagaimana bersenang-senang, bagaimana cara bersenang-senang, bagaimana cara berteman, bagaimana menyalurkan dorongan untuk bermain menjadi tindakan, cara bermain dengan dan bersama orang lain, mengenal cara aturan dalam grup, bagaimana meminimalkan keterbatasan fisik, bagaimana memanipulasi mainan dan benda secara fisik dan bagaimana mematuhi norma permaianan yang diterima secara sosial.



            Bermain selain melibatkan anak dan orangtua, bisa juga melibatkan lingkungan. Ada teknik dalam terapi bermain, antara lain




  1. Talk therapy

  2. Percakapan untuk melibatkan anak

  3. Waktu cerita melibatkan buku yang mendukung pesan positif

  4. Interaksi hewan

  5. Interaksi manusia dengan sebaya/orang dewasa

  6. Waktu keluarga

  7. Memutar kenop pintu

  8. Menyingkirkan mainan setelah dimainkan

  9. Jika perlu sediakan peralatan adaptif agar anak bermain aktif dan memfasilitasi gerak bebas.

  10. Petunjuk sederhana, jelas dan ringkas saat menjelaskan cara bermain dengan objek/ game.

  11. Hargai dan observasi proses sensori.

  12. Yang penting tetap menyenangkan. Anak yang menikmati waktu bermain akan termotivasi untuk belajar bahkan lebih.



            Aktivitas yang bisa dilakukan bersama antara lain menjepit pin pakaian ke permukaan, melukis, menggambar, dan mewarnai ,memasukkan dan memutar kunci untuk membuka / mengunci pintu, menyeka meja, membolak-balik halaman buku dan lain sebagainya.Bermain anak belajar banyak hal, maka sedikan waktu bermain dengan anak kita meski hanya sebentar, minimal 10 menit berkualitas.


  ARTIKEL TERBARU

Setiap orang pasti pernah merasakan kesulitan dalam hidup dan menimbulkan  ... Selengkapnya
Limbah medis termasuk masker jumlahnya terus meningkat selama masa pandemi Covid-19. Selain sampa ... Selengkapnya
Baru-baru ini kita menemui sebuah berita di mana terdapat sebanyak 76 siswa Sekolah Menengah Pert ... Selengkapnya
ASI (Air Susu Ibu) adalah s ... Selengkapnya