Masa anak-anak diisi dengan bermain dan bermain tapi bagaimana jika anak tersebut kesulitan bergerak, menungkapkan keingian karena keterbatasan fisik akibat cidera otak. Bagaimana cara agar anak juga bisa bermain dengan kondisi yang mereka alami.
Bermain sebagai pekerjaan yang berorientasi pada proses. Bermain itu spontan, mengasyikkan, menghasilkan / mengeluarkan energi, aktif secara fisik dan mental, santai atau agak membuat stress, menyenangkan dan dianggap tidak penting ( Blanche, 2002). Balita bermain dan belajar untuk meningkatkan perkembangan fisik dan kognitif anak. Anak kecil bermain untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan fisik serta kemampuan anak melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, meningkatan kinerja anak di sekolah dan ketrampilan sosialisasi.
Bermain tidak harus dengan peralatan main yang mahal, apa pun bisa dijadikan media bermain bagi anak. Orangtua dan pengasuh ataupun lingkungan sekitar berperan aktif agar tujuan dari bermain tercapai. Semua anak sangat suka bermain demikian juga dengan anak menyandang Cerebral Palsy.
Cerebral palsy adalah akibat dari lesi atau maldevelopment yang terjadi pada periode prenatal, perinatal atau pertama kehidupan, bersifat non progresif ditandai dengan pola postur tubuh yang abnormal dan gerakan asosiasi dengan tonus postural yang abnormal (Rosenbaum, 2007). Akibat dari lesi atau gangguan perkembangan otak bersifat non progresif dan terjadi akibat bayi lahir terlalu dini (prematur). Defisit motorik dapat ditemukan pada pola abnormal dari postur dan Lesi yang terjadi sifatnya menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat proses pertumbuhan dan maturasi otak. Kerusakan jaringan saraf yang tidak progresif pada saat prenatal dan sampai 2 tahun post natal termasuk dalam kelompok Cerebral Palsy (Bobath, 1975).
Data Duke University Medical Center tahun 2010, 2-3 dari 1.000 bayi yang lahir mengalami cerebral palsy atau lumpuh otak dan sering di temukan pada bayi yang lahir premature, 10-15 % kasus yang terjadi akibat cedera lahir karena aliran darah ke otak sebelum atau selama atau segera setelah bayi lahir.
Bermain bagi penyandang Cerebral Palsy bertujuan mengelola stres, meningkatkan konsep diri & harga diri, hubungan sosial dan perubahan (Iwasaki ,2003). Anak Cerebral Palsy terjadi penurunan harga diri dan isolasi sosial ( Manuel, Balkrishman,Cumacho,Smith & Koman, 2003). Beberapa faktor yang harus kita perhatikan selaku orangtua, pengasuh maupun terapis saat bermain dengan penyandang Cerebral Palsy, antara lain
Selain kita harus memperhatikan kondisi anak Cerebral Palsy, ada strategi bermain antara lain :
Bermain digunakan untuk motivasi anak bergerak menuju tujuan terapeutik (Rast, 1986). Hal ini yang kadang dilupakan orangtua ataupun mengasuh. Selama bermain anak belajar manfaat bermain, bagaimana bersenang-senang, bagaimana cara bersenang-senang, bagaimana cara berteman, bagaimana menyalurkan dorongan untuk bermain menjadi tindakan, cara bermain dengan dan bersama orang lain, mengenal cara aturan dalam grup, bagaimana meminimalkan keterbatasan fisik, bagaimana memanipulasi mainan dan benda secara fisik dan bagaimana mematuhi norma permaianan yang diterima secara sosial.
Bermain selain melibatkan anak dan orangtua, bisa juga melibatkan lingkungan. Ada teknik dalam terapi bermain, antara lain
Aktivitas yang bisa dilakukan bersama antara lain menjepit pin pakaian ke permukaan, melukis, menggambar, dan mewarnai ,memasukkan dan memutar kunci untuk membuka / mengunci pintu, menyeka meja, membolak-balik halaman buku dan lain sebagainya.Bermain anak belajar banyak hal, maka sedikan waktu bermain dengan anak kita meski hanya sebentar, minimal 10 menit berkualitas.